Redoks dan Elektrokimia. Korosi adalah kemerosotan atau kerusakan sifat logam oleh karena proses
elektrokimia, yang biasanya berjalan lambat. Contoh yang paling umum
adalah korosi logam besi dengan terbentuknya karat oksidanya. Dengan
demikian korosi menimbulkan banyak kerugian. Korosi logam melibatkan
proses anodik yaitu oksidasi logam menjadi ionnya dengan melepaskan
elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi
elektron tersebut dengan laju yang sama. Proses katodik biasanya
merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya.
Reaksi Kimia Korosi Logam
Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, proses reaksi redoks yang terjadi dapat dinyatakan sebagai berikut:
Anoda : { Fe (s) Fe2+ (aq) + 2 e } 2x
Katoda : O2 (g) + 4 H+ (aq) + 4 e 2 H2O (l)
Redoks : 2 Fe (s) + O2 (g) + 4 H+ (aq) Fe2+ (aq) + 2 H2O (l)
Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses korosi ini adalah Eosel = +1,67 V. Reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dengan ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe2+ yang terbentuk di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk besi(III) oksida:
Anoda : { Fe (s) Fe2+ (aq) + 2 e } 2x
Katoda : O2 (g) + 4 H+ (aq) + 4 e 2 H2O (l)
Redoks : 2 Fe (s) + O2 (g) + 4 H+ (aq) Fe2+ (aq) + 2 H2O (l)
Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses korosi ini adalah Eosel = +1,67 V. Reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dengan ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe2+ yang terbentuk di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk besi(III) oksida:
Hidrat besi(III) oksida inilah yang dikenal dengan karat besi. Sirkuit listrik dipacu oleh migrasi elektron dan ion. Itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam. Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi adalah:
Korosi besi relatif lebih cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa besi(III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara maupun air. Tetapi, aluminium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif dibandingakn besi, proses korosi lanjut menjadi terhambat karena hasil oksidasi, Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.
Penyebab Korosi
Korosi merupakan reaksi kimia yang terjadi secara alami dan spontan.
Tanpa campur tangan manusia, logam dapat bereaksi dengan faktor luar dan
menyebabkan peristiwa korosi. Beberapa faktor penyebab korosi antara
lain:
- Tingginya reaktivitas logam.
- Adanya zat pengotor.
- Adanya udara bebas, uap air, dan gas tertentu seperti CO2 dan SO2.
- Adanya zat-zat elektrolit.
Laju Korosi
Laju korosi juga dikenal dengan rasio korosi. Laju korosi dihitung
dengan mengambil korosi pada seluruh permukaan. Laju korosi diukur
dengan kondisi mpy (mils per penetration)
A = luas permukaan korosi (in2)
d = massa jenis logam (g/cm3)
t = waktu korosi (hari)
mpy = (berat hilang akibat korosi dalam gram) x (22300) / (A)(dt)dimana
A = luas permukaan korosi (in2)
d = massa jenis logam (g/cm3)
t = waktu korosi (hari)
Pencegahan Korosi
Perlindungan katodik
Prinsip dari perlindungan katodik adalah mengubah potensial elektroda
dari struktur logam sehingga dapat menambah "kekebalan" logam yang ingin
dilindungi. Bagian yang dilindungi tentu saja adalah permukaan, karena
korosi dimulai dari bagian permukaan, sehingga menutup kemungkinan
terjadinya reaksi korosi. Perlindungan katodik penting digunakan untuk
logam alat-alat selam dan bawah tanah.
Penghambat (inhibitor) korosi
Adanya molekul asing dapat mempengaruhi reaksi pada permukaan. Proses
korosi adalah salah satu jenis reaksi permukaan. Korosi dapat
dikendalikan dengan senyawa asning yang dikenal dengan senyawa inhibitor
(penghambat). Senyawa penghambat dapat terabsorpsi pada permukaan logam
yang bereaksi. Senyawa tersebut langsung menyerap ke arah lapisan
permukaan logam. Senyawa penghambat dapat berkerja pada cara yang
berbeda, yaitu memblokir bagian yang rawan korosi dan mencegah laju
anodik maupun katodik. Cara lainnya adalah dengan meningkatkan potensial
elektroda. Contoh senyawa yang dapat menghambat reaksi anodik adalah
heksilamina dan natrium benzoat. Dengan cara yang sama, oksidator
seperti nitrit, kromat, amina, tiourea juga dapat digunakan untuk
menghambat korosi.